Rakyat Arab Saudi tidak hanya makmur karena rezeki minyak, tapi juga
karena kunjungan jamaah umrah dan haji. Sekarang negeri ini sedang
bersolek untuk meningkatkan pelayanan kepada para peziarah. Haryono,
wartawan Suara Hidayatullah baru-baru ini kembali dari umrah dan
menceritakan untuk pembaca. Tidak ada kota di dunia yang jumlah kunjungan turis asingnya seperti
Makkah dan Madinah. Meskipun panas menyengat, jumlah jamaah ke Tanah
Suci tetap melimpah, apalagi musim libur sekolah. Padatnya jamaah umrah
bisa dilihat pada waktu shalat. Maghrib misalnya, Masjidil Haram penuh
mirip musim haji. Jamaah yang datang 15 menit sebelum adzan maghrib,
‘dijamin’ tidak dapat tempat di halaman Ka’bah. Kalau datang ke masjid
saat adzan, hampir pasti kebagian tempat di luar masjid. Menurut catatan kantor Kementerian Urusan Haji Arab Saudi, jamaah
umrah antara 2004-2005 saja jumlahnya mencapai 6 juta orang, sedangkan
jamaah haji sebanyak 2,3 juta orang. Diperkirakan tahun 2010 jamaah
umrah mencapai 10 juta orang. Tentu saja devisa yang didapat pemerintah
Arab Saudi lumayan besar. Dr. Ali Hassan Al-Nagur, kepala Komite
Transportasi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jeddah menyampaikan,
pendapatan pemerintah Arab Saudi dari jamaah haji dan umrah mencapai
30,6 miliar real dalam setahun, setara 76,5 triliun rupiah. “Jamaah
umrah yang besar, menjadi lapangan kerja baik bagi warga Saudi maupun
warga asing,” terangnya. Layanan penyediaan air zam-zam misalnya, mempekerjakan sampai ribuan
orang. Setiap jamaah setidaknya harus mengeluarkan uang sebesar 600
riyal per hari untuk layanan transportasi, hotel, katering dan
lain-lain. Belum lagi bisnis souvenir, seperti sajadah, karpet, parfum
dan perhiasan. Saya jadi ingat kenapa dulu Abrahah berambisi menghancurkan Ka’bah.
Abrahah iri karena banyaknya orang yang mengunjugi Ka’bah. Dan
kemakmuran itu sekaligus sebagai bukti doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim
ribuan tahun lalu yang dikabulkan Allah. “… Jadikanlah hati manusia
cenderung kepada mereka, dan berilah mereka rezeki.” Keyakinan saya atas
kekuatan doa semakin tajam. Untuk meningkatkan pelayanan, tahun ini pemerintah Arab Saudi banyak
melakukan perubahan. Banyak hotel di sekitar Masjidil Haram yang
dibongkar, terutama di dekat Sofa – Marwa. Salah satunya adalah Hotel
Sofitel, yang sempat berganti nama dengan Makkah Royal. Hotel bintang empat itu terletak dekat Marwa. Ada jembatan yang
menghubungkan Sofitel dengan tempat sai di lantai dua. Kamar-kamarnya
bagus. Kita bisa melihat Ka’bah sambil makan di restoran lantai 10.
Manajemen hotel sebenarnya sedang menawarkan kamar untuk musim haji
tahun depan. Tapi, pemerintah keburu memutus aliran listriknya, pertanda
hotel ini bakal dihancurkan. Buruj Elaf, Hotel Marwa, dan Golden
Palace, Hotel Huda ada di sekitar Makkah Royal. Semua bernasib sama.
Tempat-tempat yang terkait ritual haji juga mengalami perubahan.
Misalnya tempat melontar jumrah di Mina, tempat mabit (menginap) di Mina
yang sekarang bergeser ke Muzdalifah. Tempat sai juga direnovasi.
Semula di antara Bukit Safa dan Marwa menjadi satu antara Jabal Abu
Qubais dan Qararah. Perubahan tersebut pasti akan menimbulkan banyak
pertanyaan dari umat Islam, terutama mengenai sah dan tidaknya
pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Namun sebagian besar ulama mengatakan
tetap sah karena itu hanya perluasan, bukan pemindahan. Tempat kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW),
Maulid, juga diisukan akan dibongkar, tapi banyak pihak keberatan. Namun
sejauh ini tempat tersebut masih utuh, yang difungsikan sebagai
perpustakaan. Masjidil Haram mungkin akan dijadikan kawasan yang bersih dan luas.
Bangunan ditata lebih rapi dan terencana, seperti kawasan Masjid Nabawi
sekarang. Sebelum diperluas banyak pedagang yang jualan di sekitar Masjid
Nabawi. Ada kesan kumuh. Pada masa Raja Fahd, Masjid Nabawi disulap
menjadi masjid yang tercantik di seluruh dunia.
Bin Laden Group Dihilangkan?
Terkait Masjid Nabawi, pemerintah Arab Saudi membuat kebijakan baru. Sejak musim haji lalu, Raudhah dibuka 24 jam. Sebelumnya Raudhah tutup jam 10 malam dan buka lagi jam 3 pagi. Untuk perempuan tetap dibatasi jam 7 sampai 11 pagi. Tempat ini menjadi incaran jamaah karena menjadi tempat berdoa yang mustajabah. Karenanya, ketika dibuka jalan menuju Raudhah seperti menjadi arena balap lari jamaah agar kebagian tempat. Meskipun buka 24 jam, tidak semua pintu dibuka. ”Hanya pintu 1 dan pintu 2 yang dibuka,” kata Mish’al bin Salim, salah seorang petugas penjaga pintu Masjid Nabawi. Pintu 1 dan pintu 2 adalah pintu yang mengakses Masjid Nabawi paling dekat dengan posisi makam Nabi Muhammad SAW dan Raudhah. Kata Mish’al, ”Pada waktu musim haji akan ditambah jam bagi perempuan.” Antara lain pada pukul 1 sampai pukul 3 siang.
Terkait Masjid Nabawi, pemerintah Arab Saudi membuat kebijakan baru. Sejak musim haji lalu, Raudhah dibuka 24 jam. Sebelumnya Raudhah tutup jam 10 malam dan buka lagi jam 3 pagi. Untuk perempuan tetap dibatasi jam 7 sampai 11 pagi. Tempat ini menjadi incaran jamaah karena menjadi tempat berdoa yang mustajabah. Karenanya, ketika dibuka jalan menuju Raudhah seperti menjadi arena balap lari jamaah agar kebagian tempat. Meskipun buka 24 jam, tidak semua pintu dibuka. ”Hanya pintu 1 dan pintu 2 yang dibuka,” kata Mish’al bin Salim, salah seorang petugas penjaga pintu Masjid Nabawi. Pintu 1 dan pintu 2 adalah pintu yang mengakses Masjid Nabawi paling dekat dengan posisi makam Nabi Muhammad SAW dan Raudhah. Kata Mish’al, ”Pada waktu musim haji akan ditambah jam bagi perempuan.” Antara lain pada pukul 1 sampai pukul 3 siang.
Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dikelola oleh sebuah lembaga bernama
Badan Pengelola Haramain, yang kewenangannya setingkat departemen.
Untuk pemeliharaan dan kebersihan tidak kurang 4.800 orang direkrut.
Belum termasuk petugas laki-laki dan perempuan, 900 orang untuk tiap
masjid. Saya lihat ada yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dulu
petugas pemeliharaan dan kebersihan mengenakan seragam yang bertuliskan
”Bin Laden Group”. Tapi kemarin tidak ada yang seragam kerjanya
bertuliskan Bin Laden Group. ”Sejak Amerika memburu terorisme, ada
tekanan untuk mengurangi pengaruh Bin Laden,” cerita Harits. ”Keluarga
Bin Laden tidak lagi terlibat dalam pemeliharaan Masjid Nabawi dan
Masjidil Haram.” Cerita ini dibenarkan oleh Abdussoleh, kepala IT di Masjid Nabawi
dalam versi lain. Soleh menceritakan ke saya ketika mengantar istrinya,
Fatimah Dellosa asal Philipina bertemu dengan istri saya di hotel.
Keduanya sering kontak melalui internet. “Sekarang atribut Bin Laden
memang tidak dipakai untuk petugas pemeliharaan dan kebersihan, tapi
ini hanya taktik saja.” Sebenarnya semua petugas pemeliharaan dan
kebersihan masih berada di bawah Bin Laden Group, hanya seragamnya yang
ganti. “Sampai sekarang saya bekerja di Bin Laden Group.” Oh!! Membaiknya perekonomian Arab Saudi karena minyak memberikan
keberkahan tersendiri bagi warganya. Pemerintah menurunkan harga bahan
bakar minyak (BBM), “Sebelumnya satu real dapat 1 liter bensin, sekarang
satu real dapat dua liter.” Mal juga berdiri di mana-mana. Koran Arab
News melaporkan, saat ini tidak kurang dari 100 mal dibangun. Selain di
Laut Merah, saya menyaksikan mal juga dibangun di Madinah. Pengamat ekonomi Arab Saudi yang bekerja di Saudi British Bank (SBB)
John Sfakiankis menyatakan booming mal ini terkait dengan naiknya
pendapatan warga Saudi. Mengapa mal? Karena mal memadukan antara belanja
dan hiburan. Sejak adanya mal, Maha, sering mengajak anak-anaknya dua kali selama
sebulan ke pusat perbelanjaan. Selain bisa belanja, ia juga bisa
mengajak bermain. “Sekarang mal-mal mempunyai supermarket, tempat
jajanan, areal bermain dan toko khusus wanita … aku tidak merasa cemas
mengajak anak-anaku diakhir pekan. Satu-satunya masalah yang aku hadapi
di akhir pekan adalah mal-mal penuh sesak, sesuatu yang mengganggu,”
tambahnya.* (Sumber : SUARA HIDAYATULLAH SEPTEMBER 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar