Minggu, 02 September 2012

Fasilitas Haji dan Umroh

Rakyat Arab Saudi tidak hanya makmur karena rezeki minyak, tapi juga karena kunjungan jamaah umrah dan haji. Sekarang negeri ini sedang bersolek untuk meningkatkan pelayanan kepada para peziarah. Haryono, wartawan Suara Hidayatullah baru-baru ini kembali dari umrah dan menceritakan untuk pembaca. Tidak ada kota di dunia yang jumlah kunjungan turis asingnya seperti Makkah dan Madinah. Meskipun panas menyengat, jumlah jamaah ke Tanah Suci tetap melimpah, apalagi musim libur sekolah. Padatnya jamaah umrah bisa dilihat pada waktu shalat. Maghrib misalnya, Masjidil Haram penuh mirip musim haji. Jamaah yang datang 15 menit sebelum adzan maghrib, ‘dijamin’ tidak dapat tempat di halaman Ka’bah. Kalau datang ke masjid saat adzan, hampir pasti kebagian tempat di luar masjid. Menurut catatan kantor Kementerian Urusan Haji Arab Saudi, jamaah umrah antara 2004-2005 saja jumlahnya mencapai 6 juta orang, sedangkan jamaah haji sebanyak 2,3 juta orang. Diperkirakan tahun 2010 jamaah umrah mencapai 10 juta orang. Tentu saja devisa yang didapat pemerintah Arab Saudi lumayan besar. Dr. Ali Hassan Al-Nagur, kepala Komite Transportasi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jeddah menyampaikan, pendapatan pemerintah Arab Saudi dari jamaah haji dan umrah mencapai 30,6 miliar real dalam setahun, setara 76,5 triliun rupiah. “Jamaah umrah yang besar, menjadi lapangan kerja baik bagi warga Saudi maupun warga asing,” terangnya. Layanan penyediaan air zam-zam misalnya, mempekerjakan sampai ribuan orang. Setiap jamaah setidaknya harus mengeluarkan uang sebesar 600 riyal per hari untuk layanan transportasi, hotel, katering dan lain-lain. Belum lagi bisnis souvenir, seperti sajadah, karpet, parfum dan perhiasan. Saya jadi ingat kenapa dulu Abrahah berambisi menghancurkan Ka’bah. Abrahah iri karena banyaknya orang yang mengunjugi Ka’bah. Dan kemakmuran itu sekaligus sebagai bukti doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ribuan tahun lalu yang dikabulkan Allah. “… Jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka, dan berilah mereka rezeki.” Keyakinan saya atas kekuatan doa semakin tajam. Untuk meningkatkan pelayanan, tahun ini pemerintah Arab Saudi banyak melakukan perubahan. Banyak hotel di sekitar Masjidil Haram yang dibongkar, terutama di dekat Sofa – Marwa. Salah satunya adalah Hotel Sofitel, yang sempat berganti nama dengan Makkah Royal. Hotel bintang empat itu terletak dekat Marwa. Ada jembatan yang menghubungkan Sofitel dengan tempat sai di lantai dua. Kamar-kamarnya bagus. Kita bisa melihat Ka’bah sambil makan di restoran lantai 10. Manajemen hotel sebenarnya sedang menawarkan kamar untuk musim haji tahun depan. Tapi, pemerintah keburu memutus aliran listriknya, pertanda hotel ini bakal dihancurkan. Buruj Elaf, Hotel Marwa, dan Golden Palace, Hotel Huda ada di sekitar Makkah Royal. Semua bernasib sama.
Tempat-tempat yang terkait ritual haji juga mengalami perubahan. Misalnya tempat melontar jumrah di Mina, tempat mabit (menginap) di Mina yang sekarang bergeser ke Muzdalifah. Tempat sai juga direnovasi. Semula di antara Bukit Safa dan Marwa menjadi satu antara Jabal Abu Qubais dan Qararah. Perubahan tersebut pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan dari umat Islam, terutama mengenai sah dan tidaknya pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Namun sebagian besar ulama mengatakan tetap sah karena itu hanya perluasan, bukan pemindahan. Tempat kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW), Maulid, juga diisukan akan dibongkar, tapi banyak pihak keberatan. Namun sejauh ini tempat tersebut masih utuh, yang difungsikan sebagai perpustakaan. Masjidil Haram mungkin akan dijadikan kawasan yang bersih dan luas. Bangunan ditata lebih rapi dan terencana, seperti kawasan Masjid Nabawi sekarang. Sebelum diperluas banyak pedagang yang jualan di sekitar Masjid Nabawi. Ada kesan kumuh. Pada masa Raja Fahd, Masjid Nabawi disulap menjadi masjid yang tercantik di seluruh dunia.
Bin Laden Group Dihilangkan? 
Terkait Masjid Nabawi, pemerintah Arab Saudi membuat kebijakan baru. Sejak musim haji lalu, Raudhah dibuka 24 jam. Sebelumnya Raudhah tutup jam 10 malam dan buka lagi jam 3 pagi. Untuk perempuan tetap dibatasi jam 7 sampai 11 pagi. Tempat ini menjadi incaran jamaah karena menjadi tempat berdoa yang mustajabah. Karenanya, ketika dibuka jalan menuju Raudhah seperti menjadi arena balap lari jamaah agar kebagian tempat. Meskipun buka 24 jam, tidak semua pintu dibuka. ”Hanya pintu 1 dan pintu 2 yang dibuka,” kata Mish’al bin Salim, salah seorang petugas penjaga pintu Masjid Nabawi. Pintu 1 dan pintu 2 adalah pintu yang mengakses Masjid Nabawi paling dekat dengan posisi makam Nabi Muhammad SAW dan Raudhah. Kata Mish’al, ”Pada waktu musim haji akan ditambah jam bagi perempuan.” Antara lain pada pukul 1 sampai pukul 3 siang.
Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dikelola oleh sebuah lembaga bernama Badan Pengelola Haramain, yang kewenangannya setingkat departemen. Untuk pemeliharaan dan kebersihan tidak kurang 4.800 orang direkrut. Belum termasuk petugas laki-laki dan perempuan, 900 orang untuk tiap masjid. Saya lihat ada yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dulu petugas pemeliharaan dan kebersihan mengenakan seragam yang bertuliskan ”Bin Laden Group”. Tapi kemarin tidak ada yang seragam kerjanya bertuliskan Bin Laden Group. ”Sejak Amerika memburu terorisme, ada tekanan untuk mengurangi pengaruh Bin Laden,” cerita Harits. ”Keluarga Bin Laden tidak lagi terlibat dalam pemeliharaan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.” Cerita ini dibenarkan oleh Abdussoleh, kepala IT di Masjid Nabawi dalam versi lain. Soleh menceritakan ke saya ketika mengantar istrinya, Fatimah Dellosa asal Philipina bertemu dengan istri saya di hotel. Keduanya sering kontak melalui internet. “Sekarang atribut Bin Laden memang tidak dipakai untuk petugas pemeliharaan dan kebersihan, tapi ini hanya taktik saja.” Sebenarnya semua petugas pemeliharaan dan kebersihan masih berada di bawah Bin Laden Group, hanya seragamnya yang ganti. “Sampai sekarang saya bekerja di Bin Laden Group.” Oh!! Membaiknya perekonomian Arab Saudi karena minyak memberikan keberkahan tersendiri bagi warganya. Pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), “Sebelumnya satu real dapat 1 liter bensin, sekarang satu real dapat dua liter.” Mal juga berdiri di mana-mana. Koran Arab News melaporkan, saat ini tidak kurang dari 100 mal dibangun. Selain di Laut Merah, saya menyaksikan mal juga dibangun di Madinah. Pengamat ekonomi Arab Saudi yang bekerja di Saudi British Bank (SBB) John Sfakiankis menyatakan booming mal ini terkait dengan naiknya pendapatan warga Saudi. Mengapa mal? Karena mal memadukan antara belanja dan hiburan. Sejak adanya mal, Maha, sering mengajak anak-anaknya dua kali selama sebulan ke pusat perbelanjaan. Selain bisa belanja, ia juga bisa mengajak bermain. “Sekarang mal-mal mempunyai supermarket, tempat jajanan, areal bermain dan toko khusus wanita … aku tidak merasa cemas mengajak anak-anaku diakhir pekan. Satu-satunya masalah yang aku hadapi di akhir pekan adalah mal-mal penuh sesak, sesuatu yang mengganggu,” tambahnya.* (Sumber : SUARA HIDAYATULLAH SEPTEMBER 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar